Kalcerbola.com – PSG vs Inter Milan akan menjadi laga puncak Liga Champions 2024/2025. Final ini digelar di Allianz Arena, Minggu (1/6/2025), dan mempertemukan dua kekuatan modern sepak bola dari kota berpengaruh di dunia mode: Paris dan Milan.
Bagi PSG, ini adalah final kedua sejak kekalahan dari Bayern Munich pada 2020. Les Parisiens yang kini dilatih Luis Enrique tampil meyakinkan sepanjang musim. Mereka menyingkirkan Liverpool, Arsenal, dan Aston Villa dalam perjalanan menuju partai puncak. PSG juga memperbaiki efektivitas lini serang yang sebelumnya jadi titik lemah mereka.
Inter Milan Tak Mau Kalah Gengsi
Pada pertemuan kali ini tentunya menjadi modal penting buat Inter Milan dikarenakan lebih berpengalaman dari PSG. Mereka telah mengoleksi tiga gelar Liga Champions dan terakhir kali meraih trofi pada 2010. Musim ini, Inter lolos dari grup berat, menyingkirkan Barcelona di fase knockout, dan menumbangkan Arsenal di semifinal dengan skor tipis.
Simone Inzaghi sukses mengembangkan karakter kuat di skuad Nerazzurri. Inter tampil solid dalam bertahan dan cepat saat menyerang. Nama-nama seperti Lautaro Martinez, Barella, dan Sommer menjadi pilar penting dalam perjalanan mereka.
PSG vs Inter Milan: Pertarungan Simbol Dua Dunia
Pertandingan ini tak sekadar soal trofi. PSG mewakili kekuatan finansial baru dan glamor Eropa modern. Sementara Inter membawa tradisi dan sejarah panjang dari sepak bola Italia. Final ini adalah pertarungan tak hanya dua tim, tetapi dua identitas kota besar yang ingin jadi pusat perhatian dunia.
Fokus Taktik: Enrique vs Inzaghi
Final PSG vs Inter Milan juga bakal jadi adu taktik dua pelatih top: Luis Enrique dan Simone Inzaghi. Luis Enrique dikenal dengan filosofi ball-possession dan rotasi antar lini. PSG versi Enrique bukan sekadar glamor, tapi kolektif dan rapi secara struktur. Ia sukses menyeimbangkan lini tengah dan depan lewat pemain seperti Vitinha, Zaire-Emery, dan Mbappe.
Sementara itu, Simone Inzaghi membawa Inter ke final dengan pendekatan pragmatis. Skema 3-5-2 miliknya membuat Inter jadi tim yang sulit ditembus dan mematikan saat menyerang balik. Barella jadi jenderal lapangan tengah, sementara Lautaro Martinez jadi ancaman utama di lini depan.